atas

Rabu, 14 Maret 2012

KONSEP SEHAT-SAKIT, NORMAL-ABNORMAL, DAN GANGGUAN JIWA


Ridwan Sanjaya
                                                    P 2722 9011 074

KONSEP SEHAT-SAKIT, NORMAL-ABNORMAL, DAN GANGGUAN JIWA
KONSEP SEHAT – SAKIT
A.    Pengertian Sehat
            Sehat adalah Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, social bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan, (WHO 1974).
            Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar, (Pepkin)
Meskipun terdapat banyak pengertian/definisi, konsep sehat adalah tidak standart atau baku serta tidak dapat diterima secara mutlak dan umum. Apa yang dianggap normal oleh seseorang masih mungkin dinilai abnormal oleh orang lain, masing-masing orang/kelompok/masyarakat memiliki patokan tersendiri dalam mengartikan sehat.
Banyak orang hidup sehat walau status ekonominya kekurangan, tinggal ditempat yang kumuh dan bising, mereka tidak mengeluh adanya gangguan walau setelah ditimbang berat badanya dibawah normal. Penjelasan ini menunjukan bahwa konsep sehat bersifat relatif yang bervariasi sangat luas antara sesama orang walau dalam satu ruang/wilayah.
            Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Sehat bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan proses.     Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapai terhadap lingkungan sosialnya.
B.     Pengertian Sakit
            Perkins mendefinisikan sakit sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan social.
Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub yaitu “ sehat optimal dan sehat minimal/kematian “, yang sifatnya dinamis. Bila kesehatan seseorang bergerak kekutub kematian maka seseorang berada pada area sakit (illness area) dan bila status kesehatan bergerak kearah sehat (optimal well being) maka seseorang dalam area sehat (wellness area).
Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sakit :
1.      Status pekembangan
2.      Pengaruh sosial dan cultural
3.      Pengalaman masa lalu.
4.      Harapan seseorang tentang dirinya.

KONSEP NORMAL ABNORMAL
            Istilah normal tidak selalu berarti sehat. Sehat lebih bermakna pengertian khusus, yaitu keadaan yang ideal atau keadaan mental yang positif. Meskipun itulah normal dapat digunakan untuk menyebut istilah sehat, namun tidak selalu tepat digunakan.
            Normal secara harfiah berarti “konformitas” dengan suatu norma atau ukuran. Normal atau ukuran itu kerap kali berarti rata-rata dalam istilah statistik. Misalnya, tinggi normal pria indonesia adalah rata-rata 160 cm. Abnormal dalam arti ini adalah penyimpangan jauh dari rata-rata.
            Ciri-ciri individu yang normal atau sehat (Warga, 1983) pada umunya adalah sebagai berikut :
1. Bertingkah laku menurut norma-norma sosial yang diakui.
2. Mampu mengelola emosi.
3. Mampu mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki
4. Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial
5. Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menuntut tingkah lakunya.
6. Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencaoai tujuan jangka panjang.
7. Mampu belajar dari pengalaman
8. Biasanya gembira.

KONSEP GANGGUAN JIWA.
             Kriteria gangguan jiwa adalah suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis bermakna dan disertai penderitaan (distress) pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunya fungsi (disfungsi/hendaya) seseorang.
Menurut who, definisi kesehatan jiwa adalah:
  • Merasa sehat dan bahagia,
  • Mampu menghadapi tantangan hidup
  • Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya
  • Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
Penggolongan gangguan jiwa dalam ppdgj iii berdasarkan blok serta  ciri khas pada masing-masing blok gangguan jiwa adalah sebagai berikut.
1.      Blok f0: gangguan mental organik atau simpatomatik
2.      Blok f1: gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
3.      Blok f2: skizofrenia, gangguan skizotipal, gangguan waham (dan gangguan psikotik lainnya) – [gangguan psikotik nonorganik]
4.      Blok f3: gangguan suasana perasaan (mood/afektif)
5.      Blok f4: gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan yang berkaitan dengan stress
6.      Blok f5: sindrom tingkah laku yang berhubungan dengan faktor fisiologis dan faktor fisik.
7.      Blok f6: gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
8.      Blok f7: retardasi mental
9.      Blok f8: gangguan perkembangan psikologis
10.  Blok f9: gangguan perilaku dan emosional dengan awitan biasanya pada masa kanan dan remaja.

TEORI TEORI BELAJAR BAHASA dan ASAL USUL BAHASA


TEORI TEORI BELAJAR BAHASA dan ASAL USUL BAHASA





Disusun oleh :
Nurita Fatimah Az-Zahro    (P 2722 9011 066)
Presilia Metti Handiri           (P 2722 9011 077)
Ridwan Sanjaya                   (P 2722 9011 074)
Sinta Dewi Estantri              (P 2722 9011 079)


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Surakarta
Jurusan Terapi Wicara
2011/2012

Kata Pengantar

Puji syukur atas segala berkat serta karunia Tuhan Yang Maha Esa  yang telah dilimpahkan-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini mengulas tentang mata kuliah Linguistik II yang di dalamnya terdapat hasil diskusi dari seluruh anggota dari kelompok kami.

Tugas ini disusun untuk tugas dari mata kuliah Linguistik II. Kami menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tugas ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu kami menyampaikan ucapan terima kasih  kepada:

  1. Bapak Triyatno, S.Pd selaku dosen mata kuliah Linguistik II.
  2. Teman-teman satu jurusan khususnya tingkat satu dalam membantu pengumpulan bahan dan materi yang dibutuhkan dalam penyelesaian  tugas.
  3. Teman sejawat dan seperjuangan di kontrakan yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
  4. Kedua orangtua kami atas dukungan yang telah diberikan dan semangat dan motivasi dari mereka sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
  5. Kepada semua pihak yang telah membantu kami yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan tugas ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak yang berhubungan dengan penulisan tugas ini. Sehingga dengan adanya saran dan kritik tersebut dapat dijadikan bahan perbaikan lebih lanjut.

            Akhir kata,  kami berharap semoga tugas ini dapat berguna bagi para pembaca, khususnya kami dan Politeknik Kesehatan Surakarta.



Surakarta, Pebruari 2011





                                                                                                            Penulis






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
BAB       I     PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................... 1
B.      Rumusan Masalah............................................................... 2
C.     Tujuan................................................................................... 2
BAB       II   PEMBAHASAN
A.    Sejarah Bahasa
1.      Pengertian bahasa………………………………..3
2.      Asal usul bahasa…………………………………4
3.      Asal usul bahasa didunia………………………...5
4.      Asal usul bahasa Indonesia……………………...6
B.     Teori Belajar Bahasa
1.      Teori Behaviorisme…………………………….10
2.      Teori  Nativisme……………………………….12
3.      Teori  Kognitivisme……………………………14  
4.      Teori  Fungsional………………………………15
5.      Teori  Konstruktivisme………………………...15
6.      Teori Humanistik………………………………17
            BAB       III  PENUTUP
                                 Kesimpulan........................................................................... 19
                                 Saran..................................................................................... 19
            DAFTAR  PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Masyarakat cenderung tidak peduli dan bersikap acuh terhadap pemerolehan bahasa pada anak mereka, dan banyak sekali adanya jenis-jenis penyimpangan yang terjadi sehingga menimbulkan dampak yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak.
Orang tua banyak yang kurang peduli bagaimana anak memperoleh asal dari bahasa yang telah ia dapatkan sebelumnya. Serta banyak sekali masyarakat dunia yang belum mengetahui atau bahkan belum tahu darimana sebenarnya manusia memperoleh bahasa yang selama ini membantunya dalam memberitahukan kebutuhannya, mengekspresikan apa yang dirasakannya, dan  mengukapkan perasaannya kepada orang lain.
Dapat berpikir dan berbahasa merupakan ciri utama yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Karena memiliki keduanya, maka sering disebut manusia sebagai makhluk yang mulia dan makhluk sosial. Dengan pikirannya manusia menjelajah ke setiap fenomena yang nampak bahkan yang tidak nampak. Dengan bahasanya, manusia berkomunikasi untuk bersosialisasi dan menyampaikan hasil pemikirannya.
            Salah satu objek pemikiran manusia adalah bagaimana manusia dapat berbahasa. Pendapat para ahli tentang belajar bahasa tersebut bermacam-macam. Di antara pendapat mereka ada yang bertentangan namun ada juga yang saling mendukung dan melengkapi. Pemikiran para ahli tentang teori belajar bahasa ini begitu variatif dan menarik. Oleh karena itu, kami jadikan salah satu alasan pembahasan dalam makalah ini.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah bahasa itu ?
2.      Bagaimanakah asal mula bahasa ada di dunia ?
3.      Bagaimanakan asal muasal bahasa Indonesia ?
4.      Bagaimanakah proses perolehan Bahasa pada anak ?
5.      Apa saja jenis jenis Teori Belajar Bahasa ?
C.       Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini antara lain:
1.      Di harapkan penulis dapat mengetahui berbagai macam pengertian tentang bahasa.
2.      Di harapkan penulis dapat mengetahui asal usul bahasa yang pertama kali tercipta oleh manusia
3.      Di harapkan penulis dapat mengetahui sejarah mengenai bahasa Indonesia.
4.      Penulis dapat mengetahui proses dari pemerolehan bahasa pada anak hingga dewasa.
5.      Penulis dapat mengetahui berbagai macam teori-teori belajar bahasa.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Asal Usul Bahasa
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tidak terlepas dari komunikasi. Alat komunikasi adalah bahasa. Ada beberapa bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi diantaranya yaitu bahasa tulis, bahasa lisan dan bahasa isyarat. Namun banyak yang belum mengetahui asal usul bahasa itu. Sebelum membahas itu alangkah baiknya kita mengetahui definisi dari bahasa.
1.      Pengertian Bahasa
Menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), definisi bahasa yaitu bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.
Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey (1986:12).
Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Jadi, dapat disumpulkan bahwa bahasa merupakan susunan ekspresi yang arbiter guna mengungkapkan sesuatu yang bersifat manasuka sehingga tgimbul banyak sekali kemajemukan bahasa disetiap tempat.

2.      Asal Usul Bahasa
Ada banyak sekali peneliti yang mengungkapkan asal mula terciptanya bahasa di dunia ada peneliti yang mengungkapkan bahwa bahasa yang pertama kali didapat oleh manusia berasal dari teori Ardi dan Samawi.
Teori Samawi menjelaskan bahwa terciptanya bahasa manusia merupkan anugerah yang di berikan Allah SWT kepada Nabi Adam AS. dalam teori tersebut di perkuat oleh banyaknya dalil naqli yang menjelaskan tentang Nabi Adam yang telah memperoleh bahasa ketika di dalam surga.
Sedangkan teori Ardi merupakan teori yang sangat bertolak belakang dengan teori sebelumnya, teori ini menjelaskan bahwa  bahasa bukan diperoleh dari tuhan, melainkan bahasa manusia diperoleh karena terjadinya proses belajar dari manusia.
Oleh karena itu, kami mengupas tuntas berbagai teori dan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti untuk dilakukan pembelajaran terhadap belajar tentang asal usul bahasa manusia di dunia dan asal mula bahasa Indonesia yang sedang mereka amati sampai saat ini.    
1.         Asal Usul Bahasa di Dunia
Sebuah studi yang baru-baru ini dirilis menguak misteri asal muasal bahasa yang digunakan manusia. Science Magazine edisi 15 April 2011 mengungkapkan, bahasa yang digunakan oleh manusia pertama kali muncul di selatan Afrika. Dari sanalah kemudian bahasa ini menyebar ke seluruh dunia.
            Peneliti dari Universitas Auckland, Selandia Baru, Quentin Atkinson, melakukan studi dengan menelusuri rekam jejak bahasa dengan cara memecah 504 bahasa ke dalam komponen terkecilnya yang disebut sebagai fonem. Fonem berasal dari bahasa Latin, phonema, yang berarti suara yang diucapkan. Penelitian menunjukkan, semakin beragamnya fonem yang dimiliki oleh suatu bahasa menunjukan bahasa itu menjadi sumber dari bahasa-bahasa lain yang lebih sedikit memiliki fonem.
Penelitiannya sampai pada kesimpulan bahwa semakin jauh sekelompok manusia berkelana dari Afrika dalam rekam jejak sejarahnya, semakin sedikit fonem yang digunakan dalam bahasa mereka. Ini mengartikan bahwa sebagaimana diprediksikan dalam studi tersebut, bahasa-bahasa di Amerika Selatan dan Kepulauan Pasifik memiliki fonem paling sedikit, sedangkan bahasa-bahasa di Afrika memiliki fonem terbanyak.
Ternyata, pola ini juga memiliki kesamaan dengan studi terhadap genetik manusia. Sebagaimana dipaparkan sebagai peraturan umum, semakin jauh seseorang keluar dari Afrika, yang dianggap secara luas sebagai asal muasal nenek moyang manusia, semakin kecil perbedaan antara individu dalam populasi kelompok individu tersebut bila dibandingkan dengan keragaman di daerah asalnya, Afrika.
Studi Atkinson ini menggunakan metode statistik mutakhir yang sama untuk mengonstruksikan pohon genetik berdasarkan urutan DNA. Mengenai penggunaan metode statistik ini dalam mencari sumber bahasa manusia, seorang ahli bahasa, Brian D Joseph dari Universitas Ohio, mengatakan, sebagai sumber wawasan baru dalam studi di bidangnya. “Saya rasa kita sudah seharusnya memerhatikan hal ini dengan serius meskipun masih ada orang yang akan menolaknya,” ujar Joseph.
Sebagai informasi tambahan, studi yang dilakukan Atkinson ini unik karena berusaha menemukan akar bahasa dari waktu yang sangat lampau. Tentang umur bahasa pun masih menjadi soal perdebatan karena di lain sisi ditemukan fakta sementara bahwa umur bahasa telah mencapai 50.000 tahun.Namun, di lain sisi beberapa ahli bahasa lain juga masih skeptis dengan fakta sementara itu. Mereka menemukan faktor lain yaitu “perkembangan dari kata-kata yang sangat cepat” sehingga kemungkinan umur bahasa sendiri tidak lebih dari 10.000 tahun lamanya.



2.         Asal Usul Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang daripada Republik ini sendiri. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun 1928, jauh sebelum Indonesia merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa pergaulan antaretnis (lingua franca) yang mampu merekatkan suku-suku di Indonesia. Dalam perdagangan dan penyebaran agama pun bahasa Indonesia mempunyai posisi yang penting.
Deklarasi Sumpah Pemuda membuat semangat menggunakan bahasa Indonesia semakin menggelora. Bahasa Indonesia dianjurkan untuk dipakai sebagai bahasa dalam pergaulan, juga bahasa sastra dan media cetak. Semangat nasionalisme yang tinggi membuat perkembangan bahasa Indonesia sangat pesat karena semua orang ingin menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa.
Pada tahun 1930-an muncul polemik apakah bisa bahasa Indonesia yang hanya dipakai sebagai bahasa pergaulan dapat menjadi bahasa di berbagai bidang ilmu. Akhirnya pada tahun 1938 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Solo. Dalam pertemuan tersebut, semangat anti Belanda sangat kental sehingga melahirkan berbagai istilah ilmu pengetahuan dalam bahasa Indonesia. Istilah belah ketupat, jajaran genjang, merupakan istilah dalam bidang geometri yang lahir dari pertemuan tersebut.
Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945. Bahasa Indonesia adalah bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu. Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah, dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai pengantar pendidikan di sekolah di Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya.
Bentuk yang lebih formal, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif bahasa Melayu Pasar.
Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi bahasa Melayu Pasar sudah terlanjur diadopsi oleh banyak pedagang yang melewati Indonesia.
Penyebutan pertama istilah “Bahasa Melayu” sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuna dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 dan ke-8. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuna di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13, ahli bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik merupakan kelanjutan dari Melayu Kuna. Catatan berbahasa Melayu Klasik pertama berasal dari Prasasti Terengganu berangka tahun 1303. Seiring dengan berkembangnya agama Islam dimulai dari Aceh pada abad ke-14, bahasa Melayu klasik lebih berkembang dan mendominasi sampai pada tahap di mana ekspresi “Masuk Melayu” berarti masuk agama Islam.
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya bisa sampai sebanyak 360).
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.
Dengan memilih Bahasa Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan bersatu lagi seperti pada masa Islam berkembang di Indonesia, namun kali ini dengan tujuan persatuan dan kebangsaan. Bahasa Indonesia yang sudah dipilih ini kemudian distandardisasi (dibakukan) lagi dengan nahu (tata bahasa), dan kamus baku juga diciptakan. Hal ini sudah dilakukan pada zaman Penjajahan Jepang.
Mulanya Bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan Latin-Romawi mengikuti ejaan Belanda, hingga tahun 1972 ketika Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, semakin dibakukan.
B.     Jenis-jenis Teori Belajar Bahasa
Sehubungan dengan begitu banyaknya teori tentang belajar bahasa, maka yang akan kami kemukakan dalam makalah ini, kami batasi pada teori Behaviorisme, Nativisme, Kognitivisme, Fungsional, Konstruktivisme, Humanistik, dan Sibernetik. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan kami menjadi lebih terfokus.Teori- teori ini ternyata berpengaruh sangat kuat dalam dunia ilmu bahasa.
Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang teori belajar bahasa, kita pahami dulu pengertian teori. Menurut Mc lauglin dalam (Hadley: 43, 1993) Fungsi teori adalah untuk membantu kita mengerti dan mengorganisasi data tentang pengalaman dan memberikan makna yang merujuk dan sesuai.
Ellis menyatakan bahwa setiap guru pasti sudah memiliki teori tentang pembelajaran bahasa, tetapi sebagian besar guru tersebut tidak pernah mengungkapkan seperti apa teori itu. Teori mempunyai fungsi yaitu:
1. Mendeskripsikan, menerangkan, menjelaskan tentang fakta. Contohnya fakta bahwa mengapa air laut itu asin.
2. Meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi berdasarkan teori yang sudah ada.
3.Mengendalikan yaitu mencegah sesuatu supaya tidak terjadi dan mengusahakan supaya terjadi
            Dengan kata lain teori belajar bahasa adalah gagasan-gagasan tentang pemerolehan bahasa. Pada kesempatan kali ini kita akan menyinggung tentang berbagai macam teori mengenai belajar bahasa. Ada banyak sekali teori mengenai belajar bahasa, diantaranya adalah teori belajar Behaviorisme, Nativisme, Kognitisme, Fungsional (Interaksionis), Konstruktivisme, Humanisme dan Sibernetik.
1.      Teori Behaviorisme
John B. Watson mengemukakan sebuah teori konspirasi mengenai sebuah teori belajar manusia. Di dalam teorinya, ia mengungkapkan bahwa teori belajar Behavorisme memusatkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Dalam teori ini, tanpa kita sadari bahwa teori ini mengungkapkan bahwa tindak balas atau respons diakibatkan oleh adanya rangsangan atau stimulus. Atau dalam kata lain, aksi berawal oleh adanya reaksi. Sehingga tanpa kita sadari sebab menghasilkan akibat.
Untuk membuktikan kebenaran teorinya, Watson mengadakan eksperimen terhadap Albert, seorang bayi berumur sebelas bulan. Pada mulanya Albert adalah bayi yang gembira dan tidak takut bahkan senang bermain-main dengan tikus putih berbulu halus. Dalam eksperimennya, Watson memulai proses pembiasaannya dengan cara memukul sebatang besi dengan sebuah palu setiap kali Albert mendekati dan ingin memegang tikus putih itu. Akibatnya, tidak lama kemudian Albert menjadi takut terhadap tikus putih juga kelinci putih. Bahkan terhadap semua benda berbulu putih, termasuk jaket dan topeng Sinterklas yang berjanggut putih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaziman dapat mengubah perilaku seseorang secara nyata.
Pada teori yang lainnya, ilmuan kaum behavioristik Skinner, berhasil  mengungkapkan pada sebuah teori yang bernama Behavior Skinner. Dalam teori tersebut mengungkapkan bahwa Kemampuan berbicara dan memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Teori skinner tentang perilaku verbal merupakan perluasan teorinya tentang belajar yang disebutnya operant conditioning.
Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus dipertahankan. Kekuatan serta frekuensinya akan terus dikembangkan. Bila akibatnya hukuman, atau bila kurang adanya penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-pelan akan disingkirkan.
Jadi, pada teori ini kita mengetahui tentang akibat dan sebab perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Seandainya hal itu baik menurut individu itu maka akan terus dipertahankan atau akan ditingkatkan terus. Begitu juga sebaliknya, apabila individu tersebut merasakan hal yang dilakukannya itu buruk, maka hal yang dilakukannya itu pun akan segera dikuranginya atau bahkan ditinggalkanya.
Sebagai contoh dapat kita saksikan perilaku anak-anak di sekeliling kita. Ada anak kecil menangis meminta es pada ibunya. Tetapi, karena ibunya yakin dan percaya bahwa es itu menggunakan pemanis buatan maka sang ibu tidak meluluskan permintaan anaknya. Sang anak terus menangis. Tetapi sang ibu bersikukuh tidak menuruti permintaannya. Lama kelamaan tangis anak tersebut akan reda dan lain kali lain tidak akan minta es semacam itu lagi kepada ibunya, apalagi dengan menangis. Seandainya anak itu kemudian dituruti keinginannya oleh ibunya, apa yang terjadi? Pada kesempatan yang lain sang anak akan minta es lagi. Apabila ibunya tidak meluluskannya maka ia akan menangis dan terus menangis sebab dengan menangis ia akan mendapatkan es. Kalau ibunya memberi es lagi maka perbuatan menangis itu dikuatkan. Pada kesempatan lain dia akan menangis manakala ia meminta sesuatu pada ibunya.
2.      Teori Nativisme atau Mentalistik
Berbeda dengan kaum behavioristik, kaum nativistik atau mentalistik berpendapat bahwa pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa pertama sedikit demi sedikit manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan. Dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis. Menurut mereka bahasa terlalu kompleks dan mustahil dapat dipelajari oleh manusia dalam waktu yang relatif singkat lewat proses peniruan sebagaimana keyakinan kaum behavioristik. Jadi beberapa aspek penting yang menyangkut sistem bahasa menurut keyakinan mereka pasti sudah ada dalam diri setiap manusia secara alamiah.
Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan. Seorang anak lahir dengan piranti bawaan dan segudang potensi bawaan untuk memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa pertama sedikit demi sedikit manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan. Dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis sejak lahir.
Chomsky (Ellis, 1986: 4-9)  yang merupakan kumpulan komunitas yang mengemukakan tokoh Teori Nativisme mengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar bahasa dari makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan bahasa” atau LAD (language Acquisition Device). Pada teori ini lebih menekankan pada cara manusia memperoleh bahasa yang telah ia miliki, dan cenderung pada bahasa yang telah dimiliki seseorang merupakan sebuah anugrah yang sedikit demi sedikit akan mengalami perkembangan hingga ia mampu membuka kemampuan berkomunikasi yang akan dimilikinya.
3.      Teori Kognitivisme
Jika pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan yang dianut golongan kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral dari pendekatan ini yakni kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif sang anak. Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Konsep sentral teori kognitif adalah kemampuan berbahasa anak berasal dari kematangan kognitifnya.
 Jadi, konsep kognitifistik bersumber pada hasil dari belajar anak dan tidak berasal dari luar kognitif anak , seperti afektif dan lain-lain. Konsep ini pula menjelaskan tentang dalam belajar bahasa, bagaimana kita berpikir, belajar terjadi dari kegiatan mental internal dalam diri kita, belajar bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks. Menurut Piaget, Struktur tersebut lahir dan berkembang sebagai akibat interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak dan lingkungan lingualnya.
            Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu sesuai umur. Tahapan tersebut meliputi:
a.        Asimilasi: proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif
b.      Akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan baru
c.       Disquilibrasi: proses penerimaan pengetahuan baru yang tidak sama dengan yang telah diketahuinya.
d.      Equilibrasi: proses penyeimbang mental setelah terjadi proses asimilasi.
4.      Teori Fungsional (Interaksionis)
Bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendiri sebagai manusia. Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendirisebagai manusia.
Menurut Slobin. Teori Fungsional (Interaksionis) Pada asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas komunikatif dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin konjungsi. Pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan pemerosesan informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata bahasa.
5.       Teori Konstruktivisme
Beberapa tokoh  ahli kontruktivisme Jean Piaget dan Leu Vygotski menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua.
Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari pengalaman. Namun demikian, dalam membangun pengalaman siswa harus memiliki kesempatan untuk mengungkapkan pikirannya, menguji ide-ide tersebut melalui eksperimen dan percakapan atau tanya jawab, serta untuk mengamati dan membandingkan fenomena yang sedang diujikan dengan aspek lain dalam kehidupan mereka. Selain itu juga guru memainkan peranan penting dalam mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta menawarkan berbagai cara eksplorasi dan pendekatan.
Siswa dapat benar-benar memahami konsep ilmiah dan sains karena telah mengalaminya. Dalam kerjanya, ahli konstruktif  menciptakan lingkungan belajar yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar untuk memikirkan dan mengoreksi pembelajaran. Untuk itu ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu:
Pembelajar harus berperan aktif dalam menyeleksi dan menetapkan kegiatan belajar yang menarik dan memotivasi pelajar, Harus ada guru yang tepat untuk membantu pelajar-pelajar membuat konsep-konsep, nilai-nilai, skema, dan kemampuan memecahkan masalah. Sehingga muncul hubungan yang dapat menambah komunikasi antara pembelajar dan pelajar dan menambah terjadinya proses belajar bahasa yang benar-benar diharapkan terjadi. 
6.      Teori Humanisme
Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah masyarakat.  Seorang tokoh  ahli pada teori humanisme Coombs (1981) menyatakan bahwa:
Pengajaran disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa
  1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya.
  2. Pengajaran disusun untuk memperoleh keterampilan dasar (akademik, pribadi, antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi).
  3. Memilih dan memutuskan aktivitas pengajaran secara individual dan mampu.
  4. Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi. suasana belajar yang menantang dan bisa dimengerti.
Mengembangkan tanggung jawab siswa, mengembangkan sikap tulus, respek, dan menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik. Dalam proses belajar-mengajar bahasa ada sejumlah variabel, baik bersifat linguistik maupun yang bersifat nonlinguistik, yang dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar itu.
Variabel-variabel itu bukan merupakan hal yang terlepas dan berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan hal yang saling berhubungan, berkaitan, sehingga merupakan satu jaringan sistem.  Keberhasilan belajar bahasa dapat  dikelompokkan menjadi asas-asas yang bersifat psikologis anak didik, dan yang bersifat materi linguistik. Asas-asas yang yang bersifat psikologis itu, antara lain adalah motivasi, pengalaman sendiri, keingintahuan, analisis sintesis dan pembedaan individual.
Motivasi lazim diartikan sebagai hal yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Maka untuk berhasilnya pengajaran bahasa, murid-murid sudah harus dibimbing agar memiliki dorongan untuk belajar. Jika mereka mempunyai dorongan untuk belajar. Tanpa adanya kemauan, tak mungkin tujuan belajar dapat dicapai. Jadi, sebelum proses belajar mengajar dimulai, atau sebelum berlanjut terlalu jauh, sudah seharusnya murid-murid diarahkan.
Pengalaman sendiri atau apa yang dialami sendiri akan lebih menarik dan berkesan daripada mengetahui dari orang, karena pengetahuan atau keterangan yang didapat dan dialami sendiri akan lebih baik daripada hanya mendengar keterangan guru.
Keingintahuan merupakan kodrat manusia yang dapat menyebabkan manusia itu menjadi maju. Pada anak-anak usia sekolah rasa keingintahuan itu sangat besar. Rasa keingintahuan ini dapat dikembangkan dengan memberi kesempatan bertanya dengan meneliti apa saja.



BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Bahasa merupakan sebuah susunan yang bersifat arbiter dan manasuka karena terdapat banyak kemajemukan dari bahasa tersebut. Hal tersebut dikarenakan banyaknya multikulturalisme pada setiap daerahnya. Sehingga penyebaran bahasa lebih majemuk dan bersifat heterogen karena terjadinya pemecahan dari setip variable-variabel yang ada dan membentuk variable yang baru dan memiliki kelainan yang cukup mencolok di setiap daerah. Kemajemukan tersebut sering sekali disebut dengan dialeg.
Banyak sekali teori-teori yang menjelaskan mengenai belajar bahasa yang telah di ungkapkan oleh berbagai tokoh dan para ahli. Teori tersebut di antaranya adalah Teori Behavioristik, Nativisme, Kognitivisme, Sibernetik, Fungsional, konstruktisme, dan Humanisme. Dari semua teori yang di sampaikan, semua teori telah memberikan penjelasan dan memberikan bukti yang mempengaruhi perolehan belajar bahasa pada manusia. 
B.       Saran
Seharusnya pemerintah lebih menekankan pada perkembangan yang telah banyak merubah dari struktur bahasa yang ada. Pemerintah seharusnya lebih mempertahankan bahasa-bahasa yang telah menjadi dialeg yang telah lama ada di bumi Indonesia. Pemerintah seharusnya memasukan kurikulum-kurikulum mengenai bahasa daerah pada setiap jenjang pendidikan yang ada di Indonesia. Sehingga, bahasa tersebut tidak tergerus oleh zaman.
Pada peneliti, ilmuan dan pelajar seharusnya lebih memperkuat dari bahasa yang telah ada selama ini yang telah menjadi warisan budaya setempat. Lebih-lebih lagi melakukan berbagai penelitian untuk membantu memecahkan misteri bagaimana cara membuat proses belajar bahasa lebih menarik dari cara-cara yang telah ada sebelumnya. 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. ”Teori Belajar Bahasa”. Dalam

Anonim.”Asal Usul Bahasa”. Dalam file:///I:/tugas%20LINGUISTIK/Asal
usul%20Bahasa%20Indonesia.htm . 20 Februari 2012

Anonim.” Material Makalah; Asal Usul Bahasa”. Dalam 

file:///I:/tugas%20LINGUISTIK/asal-usul.html . 20 Februari 2012


 Hidayatullah, Syarif . 2009. “ Apa Bahasa Itu? Sepuluh Pengertian Bahasa

Menurut Para Ahli “. Dalam file:///I:/tugas%20LINGUISTIK/APA%20BAHASA%20ITU%20%20Sepuluh%20Pengertian%20Bahasa%20Menurut%20Para%20Ahli%20%C2%AB%20wismasastra.htm . 20 Februari 2012

 

Rina. 2008. “ Asal Usul Bahasa “. Dalam file:///I:/tugas%20LINGUISTIK/asal-

usul-bahasa-indonesia.html . 20 Februari 2012