PEMEROLEHAN BAHASA USIA 15 TAHUN KEATAS
LINGUISTIK I
Disusun oleh :
Adi Pangihutan Tambunan (P 27229011003)
Bangkit Putra Pratama (P
27229011018)
Donatus (P
27229011031)
Etika Nur Laili (P
27229011036)
Eva Ummu Latifah (P 27229011037)
Magdalena Yuniarti (P 27229011051)
Ridwan Sanjaya (P
27229011074)
Thursina (P
27229011083)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Surakarta
Jurusan Terapi Wicara
2011/2012
Kata Pengantar
Puji syukur atas segala berkat serta karunia Tuhan
Yang Maha Esa yang telah dilimpahkan-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini mengulas
tentang mata kuliah Linguistik I yang di dalamnya terdapat hasil diskusi dan
observasi dari seluruh anggota dari kelompok kami.
Tugas ini disusun untuk tugas dari mata kuliah Linguistik
I. Kami menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tugas ini tidak
dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu kami menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
- Ibu Sheila S.H, M.S, CCC-SLP selaku dosen mata kuliah Linguistik I.
- Teman-teman satu jurusan khususnya tingkat satu dalam membantu pengumpulan bahan dan materi yang dibutuhkan dalam penyelesaian tugas.
- Teman sejawat dan seperjuangan di kontrakan yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
- Kedua orangtua kami atas dukungan yang telah diberikan dan semangat dan motivasi dari mereka sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
- Kepada semua pihak yang telah membantu kami yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan tugas ini terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak yang berhubungan dengan penulisan tugas ini. Sehingga dengan
adanya saran dan kritik tersebut dapat dijadikan bahan perbaikan lebih lanjut.
Akhir
kata, kami berharap semoga tugas ini
dapat berguna bagi para pembaca, khususnya kami dan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Surakarta.
Surakarta, April 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................... 2
C.
Tujuan................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Asal usul bahasa
1.
Pengertian bahasa………………………………..4
2.
Asal usul bahasa…………………………………6
3.
Unsur-unsur pembentuk bahasa
………………...7
4.
Perkembangan aspek afektif
bahasa..…………...10
5.
Pengukuran MLU (Mean Length of
Utterance) ..13
BAB III LAPORAN
CLIENT
A.
Laporan client
1.
Identitas umum client ........................................ 16
2.
Hasil interview ................................................... 17
3.
Penghitungan MLU client ................................. 23
4.
Fonetik diakritik ................................................ 23
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................... 25
B.
Saran..................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berbahasa merupakan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa ialah anugerah dari Allah Swt, yang
dengannya manusia dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam,
dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan
mengembangkan budayanya. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia
dengan hewan. Adapun aspek fisiologi yang penting bagi kehidupan manusia adalah
otak (brain).
Perbedaan alat ujaran yang dimiliki
manusia dengan hewan terletak pada alat penyuaranya. Alat-alat penyuara seperti
paru-paru, laring, faring, dan mulut pada dasarnya sama dengan yang ada pada
mamalia lainnya, hanya saja pada manusia alat-alat ini telah lebih berkembang.
Struktur mulut maupun macam lidahnya juga berbeda. Akan tetapi, perbedaan lain
yang lebih penting antara manusia dengan binatang adalah struktur dan
organisasi otaknya.
Pada primat non-manusia, lidah
simpanse mempunyai ukuran yang tipis dan panjang tetapi semuanya ada dalam
rongga mulut. Bentuk yang seperti ini lebih cocok sebagai alat untuk kebutuhan
yang non-vokal seperti meraba, menjilat, dan menelan mangsa. Lidah manusia yang
proposional lebih tebal daripada lidah binatang dan menjorok sedikit ke
tenggorokan memungkinkan untuk digerakkan secara fleksibel sehingga bisa
dinaikkan, diturunkan, dimajukan, dimundurkan, atau diratakan ditengah.
Korteks serebral manusia terdiri dari
dua bagian: hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Hemisfer kiri mengendalikan semua
anggota badan yang ada di sebelah kanan, termasuk muka bagian kanan.
Sebaliknya, hemisfer kanan mengontrol anggota badan dan wajah sebelah kiri.
Dengan fakta-fakta seperti dipaparakan
diatas maka pandangan masa kini mengenai bahasa menyatakan bahwa bahasa adalah
fenomena biologis, khususnya fenomena biologi perkembangan. Arah dan jadwal
munculnya suatu elemen dalam bahasa adalah masalah genetik. Orang tidak dapat
mempercepat atau memperlambat munculnya suatu elemen bahasa. Faktor lingkungan
memang penting, tetapi faktor itu hanya memicu apa yang sudah ada pada biologi
manusia.
A.
Rumusan Masalah
1. Apakah bahasa itu ?
2. Bagaimanakah proses perolehan Bahasa pada anak ?
3. Bagaimana asal usul bahasa pada manusia?
4. Apa saja unsur-unsur pembentuk bahasa ?
5. Apa saja aspek yang mempengaruhi kemampuan bahasa ?
6. Bagaimana aspek afektif pada manusia ?
7. Bagaimana cara mengukur MLU seseorang ?
B.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan karya tulis ilmiah ini antara lain:
1. Di harapkan penulis dapat mengetahui berbagai macam pengertian tentang bahasa.
2. Penulis
dapat mengetahui proses dari
pemerolehan bahasa pada anak hingga dewasa.
3. Penulis dapat mengetahui tentang asal usul bahasa pada
manusia.
4. Penulis dapat mengetahui berbagai macam unsure pembentuk
bahasa.
5. Penulis dapat mengetahui tentang berbagai hal yang
mempengaruhi kemampuan bahasa.
6. Penulis dapat mengukur MLU seseorang.
7. Penulis dapat menuliskan ujaran seseorang dalam
fonetik diakritik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Asal Usul Bahasa
Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat tidak terlepas dari komunikasi. Alat
komunikasi adalah bahasa. Ada beberapa bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi diantaranya yaitu bahasa tulis, bahasa lisan dan bahasa isyarat.
Namun banyak yang belum mengetahui asal usul bahasa itu. Sebelum membahas itu
alangkah baiknya kita mengetahui definisi dari bahasa.
1.
Pengertian Bahasa
Menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), definisi bahasa yaitu bahasa dapat
didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional
untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan
kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.
Definisi
lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan atau sesuatu sistem
lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak
sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam
sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey (1986:12).
Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna
dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan
konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia
untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Aspek kognitif pada
seseorang sangatlah mempengaruhi pada perolehan bahasa dan pengaplikasian
mereka dalam berkomunikasi. Berdasarkan pada asas teori kognitif, teori Jean
Piaget seorang psikolog dan filsuf Swiss menyatakan bahwa kecerdasan anak yang
tumbuh dan keinginnnya untuk mengekpresikan apa yang dia maksud, akan
bersama-sama dengan masukan bahasa dari orang tua dan akan mendorong mereka
untuk memperoleh bahasa. Dari bahasa yang telah mereka peroleh, akan mengalami
perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif mereka. Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu kematangan, pengalaman , interaksi social,
dan ekullibrasi (mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri).
Tahap perkembangan aspek kognitif
dalam bahasa nya terjadi empat tahapan, yaitu pertama merupakan Tahap
Sensomotorik (0-18 atau 24 bulan), Masa Gerakan Panca Indra
(sensomotorik) yang mana anak benar-benar membangun realitas mereka sendiri
dalam pola-pola gerkan yang mereka kembangkan dalam membentuk bahasa mereka.
Tahap ini ada enam periode yakni refleks, kebiasaan, reproduksi,
koordinasi skemata, eksperimen, dan representasi. Kedua, Masa
Praoperasional (± 18 bulan sampai 7 tahun). Ketiga, Masa Operasi
Kongkrit (7 sampai 11 tahun) yakni sistem kognitif anak yang tersusun rapi
sesuai kognitif dan persepsi mereka. Keempat, (mulai 11 tahun ke
atas) Masa Operasi Formal yakni mengembangkan pengertian waktu
kesejahteraan. Masa ini mengatur anak-anak memasuki masa kehidupan kedewasaan
kognitif.
Jadi, dapat disumpulkan bahwa bahasa merupakan
susunan ekspresi yang arbiter guna mengungkapkan sesuatu yang bersifat manasuka
sehingga tgimbul banyak sekali kemajemukan bahasa disetiap tempat.
2.
Asal Usul Bahasa
Ada banyak sekali peneliti yang
mengungkapkan asal mula terciptanya bahasa di dunia ada peneliti yang
mengungkapkan bahwa bahasa yang pertama kali didapat oleh manusia berasal dari
teori Ardi dan Samawi.
Teori Samawi menjelaskan bahwa
terciptanya bahasa manusia merupkan anugerah yang di berikan Allah SWT kepada
Nabi Adam AS. dalam teori tersebut di perkuat oleh banyaknya dalil naqli yang
menjelaskan tentang Nabi Adam yang telah memperoleh bahasa ketika di dalam
surga.
Sedangkan teori Ardi merupakan teori
yang sangat bertolak belakang dengan teori sebelumnya, teori ini menjelaskan
bahwa bahasa bukan diperoleh dari tuhan,
melainkan bahasa manusia diperoleh karena terjadinya proses belajar dari
manusia.
Oleh karena itu, kami mengupas tuntas
berbagai teori dan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para
peneliti untuk dilakukan pembelajaran terhadap belajar tentang asal usul bahasa
manusia di dunia dan asal mula bahasa Indonesia yang sedang mereka amati sampai
saat ini.
3. Unsur-Unsur Pembentuk Bahasa
1. Fonologi
Fonologi adalah cara di mana bunyian-bunyian menghasilkan fungsinya dalam suatu bahasa. Dengan kata lain, fonologi adalah aturan-aturan yang mengatur kombinasi bunyian dalam suatu bahasa. Karena itu, fonologi mengandung bunyian (bunyi huruf) serta pola dan aturan penggabungannya.
Fonologi menjelaskan proses menggabungkan bunyian-bunyian untuk menyampaikan dan membedakan arti. Misalnya, bunyian awal ‘b’ merubah arti ‘hilang’ menjadi ‘bilang’.
Fonologi adalah aspek linguistik yang meneliti bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya sedangkan fonetik meneliti bunyi bahasa menurut pelafalannya, contoh:
Fonologi
kata rupa dan lupa kedua kata tersebut dibedakan dengan huruf l
dan r ini adalah pembahasan fonologi yang membedakan fungsi huruf ldan r dalam
kata tersebut.
Fonetik
dalam bahasa inggris terdapat kata Pot dan Spotkeduanya memiliki
persamaan huruf yaitu P tetapi memiliki pelafalan yang berbeda, dalam kata Pot
bunyi P pengucapannya diikuti oleh bunyi {h}sedangkan dalam kata Spot
tidak seperti itu.
2. Morfologi
Morfologi adalah system penyusunan elemen-elemen dan proses-proses perubahan kata dalam suatu bahasa. Morfologi mengandung satuan-satuan arti yang disebut morfem (bisa berupa imbuhan seperti “me-“, “per- dan –kan” maupun kata dasar).
Morfologi merupakan aspek linguistic yang menyangkut tentang struktur internal kata, contoh seperti kata tertidur, kata ini terdiri atas dua morfem yaituter dan tidur (ter-diberi garis karena tidak pernah berdiri sendiri). Jadi kata tertidurmempunyai struktur internal. Analisa seperti itu disebut morfologi hal ini sekaligus merupakan tata bahasa.
Morfologi menjelaskan bagaimana kita membuat kata-kata baru atau kategori baru dari kata yang sudah ada, misalnya, ‘baik’ (kata sifat), ‘kebaikan’ (kata benda), ‘memperbaiki’ (kata kerja).
3. Semantik
Semantik mengandung arti kata dalam suatu bahasa. Misalnya ‘hati’ biasanya diasosiasikan dengan perasaan, ‘hati-hati’ berarti melakukan sesuatu tidak dengan gegabah.
Semantik merupakan aspek linguistic yang membahas arti atau makna, dan juga sebagai tatabahasa, contohnya dalam bahasa inggris un-comfort-able, mempunyai morfem un- yang artinya tidak, uncomfortable artinya sama dengan not comfortable.
4. Sintaksis
Sintaks adalah susunan dan kombinasi kata dalam suatu kalimat. Sintaks suatu bahasa menjelaskan bagaimana susunan kata-kata dalam kalimat bisa merubah arti kalimat tersebut. Misalnya, ‘Saya menulis surat’ artinya lain dari ‘surat menulis saya.’
Sintaksis merupakan cabang linguistic yang menyangkut susunan kata-kata dalam kalimat. Contoh dalam bahasa Indonesia kalimat kami tidak dapat melihat pohon itu, urutan kata itu tentu tidak mungkin kita tuturkan kalimat seperti pohon itu dapat kami tidak melihat.
Sebagai mana morfologi menyangkut struktur internal kata, maka sintaksis berurusan dengan sturktur antar kata itu atau struktur external.
5. Pragmatik
Pragmatik adalah fungsi bahasa yang mengandung aspek-aspek sosial yang menekankan bagaimana menyampaikan maksud dengan cara yang sesuai dalam konteks yang tersedia. Pragmatik menentukan bagaimana memilih gabungan kata yang tepat untuk situasi saat itu. Misalnya,’permisi, numpang lewat’ jauh lebih sopan daripada ‘minggir!’ .
Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistic apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar dan sebagai pengacuantanda-tanda bahasa pada hal-hal extra lingual yang dibicarakan, contoh: suryanto pulang dan suryanto mengambil makanan, disini ada pengulangan subjek yaitu suryantokarena sudah dapat di pahami oleh pendengar maka suryanto dihapus pengulangannya menjadi, suryanto pulang dan mengambil makanan, hal ini dilakukan agar mempermudah komunikasi.
4. Perkembangan Aspek Afektif Bahasa
Seorang
psikolog dari jerman yang bernama Erik H. Erikson mengemukakan teori
perkembangan afektif yang selanjutnya teori ini memiliki pengaruh kuat dalam
psikologi. Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki
ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain
pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas.
Delapan Fase tersebut antara lain:
- Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Masa
bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku
bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di
sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap
asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi
menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya.
- Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu.
Masa
kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan
autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah
bisa beraktifitas kecil tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain
dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga
seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
- Inisiatif vs Kesalahan.
Masa
pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative
– guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, tetapi
karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan
bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
- Kerajinan vs Inferioritas.
Masa
Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority.
Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak
sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Tetapi di pihak
lain kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
- Identitas vs Kekacauan Identitas.
Tahap
adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18
atau 20 tahun. Ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion.
Sebagai persiapan ke arah kedewasaan dia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Di satu pihak,
sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap
kelompok sebayanya.
- Keintiman vs Isolasi.
Masa
Dewasa Awal (Young adulthood) berusia sekitar 20-30 tahun ditandai
adanya kecenderungan intimacy – isolation. pada tahap ini timbul dorongan untuk
membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab
atau renggang dengan yang lainnya.
- Generativitas vs Stagnasi
Masa
dewasa (dewasa tengah) sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood)
ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya
masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan
segala kemampuannya. Namun tidak jarang mengalami hambatan karena keterbatasan.
- Integritas vs Keputusasaan.
Adalah
orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence)
ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu
telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan
didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu
pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir.
Tahapan-tahapan
afektif yang dikemukakan di atas sangat besar perannya dalam perkembangan
bahasa. Seiring dengan berkembangnya emosi, sikap, dan nilai, berkembang pula
bahasa yang digunakan individu sebagai implementasi dari perkembangan afektif
tersebut.
5. Pengukuran MLU (Mean Length of Utterance)
Perolehan MLU seseorang sangatlah
berbeda jika dibandingkan satu sama lain. Namun, pada usia dua tahun sampai
dengan 5 tahun. Perkembangan MLU seorang anak berkembang secara pesat hingga
1,2 per tahun. MLU
merupakan pengukur untuk perkembangan sintaksis anak.
Menurut Brown
(dalam Dardjowidjojo, 2010:241) cara menghitung MLU dapat dilakukan
dengan beberapa langkah, pertama mengambil sampel sebanyak 100 ujaran. Kedua,
menghitung jumlah morfemnya. Ketiga, membagi jumlah morfem dengan jumlah
ujaran, seperti pada rumus berikut : MLU = Jumlah Morfem : Jumlah Ujaran.
Brown (dalam
Owens, 2008) membagi tahap pemerolehan bahasa anak berdasarkan MLU anak menjadi
sepuluh tahap, yaitu :
1. Tahap I MLU
(1—1,5) pada usia 12—22 bulan
2. Tahap II MLU
(1,5—2,0) pada usia 27—28 bulan
3. Tahap III MLU
(2,0—2,25) pada usia 27-28 bulan
4. Tahap IV MLU
(2,25—2,5) pada usia 28—30 bulan
5. Tahap V MLU
(2,5—2,75) pada usia 31—32 bulan
6. Tahap VI MLU
(2,75—30,0) pada bulan biasa 33—34 tahun
7. Tahap VII MLU
(3,0—3,5) pada usai 35—39 bulan
8. Tahap VIII MLU
(3,5—3,45) pada usia 38—40 bulan
9. Tahap IX MLU
(3,5—3,45) pada usia 41-46 duluan
10. Tahap X MLU (4,5+)
pada usia +47 bulan
MLU hanya berlaku untuk anak usia 0 tahun hingga 5 tahun saja. Biasanya MLU seseorang seseuai dengan jumlah umurnya. Misalkan usia 4 tahun secara normal memiliki jumlah MLU 4.00 .
BAB III
Laporan
Client
A. Laporan Client
1.
Identitas Umum Client
Nama client
yang kami ambil videonya adalah Firman Wicaksono.
Dia adalah anak ke-enam dari enam bersaudara. Dia lahir di Sragen, 14 juli
1993. Dia sekarang berusia 18 tahun menjelang 19 tahun. Dia tinggal di desa
Pengkok, RT/RW 009, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen.
Client mengenyam
pendididikan di Perguruan Tinggi Negri
Poltekkes Kemenkes Surakarta. Hobi client adalah bermain Play Station (PS).
Ayah client bernama Narko, beliau adalah seorang guru dan mengajar di sebuah
Sekolah Dasar (SD). Dan ibu client bernama ibu Endang Srilestari, beliau
merupakan ibu rumah tangga. Client memiliki lima saudara. Empat diantaranya
telah bekerja dan berprofesi seorang guru dan yang satunya lagi masih mengenyam
pendidikan di perguruan tinggi. Client kami merupakan orang yang mudah bergaul dan sangat
familiar di kalangan teman-teman kelasnya.
2.
Hasil Interview
Bangkit :
Namanya siapa mas?
Firman : Nama saya Firman Wicaksono mas.
Bangkit :
Nama
panggilannya mas?
Firman : Pangilannya Firman.
Bangkit :
Kalau di rumah?
Firman : Kalau di rumah panggilannya Paijo
mas..
Bangkit :
Owh Paijo, trus tempat tanggal lahirnya dimana mas?
Firman :
Sragen, 14 juli 1993
Bangkit :
Owh,
sekarang umur
berapa mas?
Firman :
Umur saya 18 mas.
Bangkit :
Owh, sekarang kuliah apa sekolah ato kerja mas?
Firman : Owh ini anu, kuliah og mas
Bangkit : Kuliah dimana?
Firman : Di Poltekkes Solo Mojosongo
Bangkit : Semester berapa mas?
Firman : Baru semester ini mas, dua ini
Bangkit : Jurusan?
Firman : Jurusan Terapi Wicara mas
Bangkit : Terapi Wicara itu apa mas kok keliatannya
asing?
Firman : Itu, menangani keterlambatan
bahasa mas
Bangkit : Owh, trus nama bapaknya siapa mas?
Firman : Nama bapak saya, bapak Narko
Bangkit : Kalo ibunya?
Firman : Ibu saya, bu Endamg, Endang
Srilestari
Bangkit : Owh, punya saudara berapa?
Firman : Saudara saya ada 5, saya anak ke
6 mas
Bangkit : Owh, berarti anak terakhir
Firaman : Iya anak terakhir
Bangkit : Sudah kerja semua apa masih kuliah
apa masih bersekolah?
Firman : Yang yang 3 ehh, yang 4 udah
kerja,yang 2 masih sekolah
Bangkit : Trus kegiatan sehari hari apa mas?
Firman : Anu mas, iya kuliah
Bangkit : Trus kalau habis kuliah ngapain
mas?
Firman : Ya biasa mas, anak
pelajar ya habis kuliah ya mengulang pelajaran yang
di ulang
Bangkit : Trus punya kesulitan mas?mata kuliah
apa yang sulit?
Firman : Itu lho mas pelajaran Statistik
matematika itu
Bangkit : Lho kok biasa?
Firman : Ya cari mencari gitu lah, hitung
menghitung gak bisa
Bangkit : Terus kalau temen temen di kampus
gmana mas?
Firman : Di kampus ya bagus semua, baik
semua
Bangkit : Trus disini ngontrak, kos atau
gimana mas?
Firman : Disini anu, ngontrak, ngontrak
anu
Bangkit : Trus berapa orang mas?
Firman : 6 orang, 6 orang
Bangkit : Bisa di sebutin teman temannya
siapa aja?
Firman : Saya, itu dari jawa anu mas luar
jawa
Bangkit : Luar jawa semua?
Firman : Iya mas, itu ada Kudus, Medan,
Karawang, Kalimantan, sama Pontianak
Bangkit : Owh, mereka satu kelas semua atau
gimana?
Firman :
Alhamdulillah mas, satu kelas enake gitu mas, satu kelas kalo gak bisa ya itu..
Banhgkit : Bisa membantu!
Firman : Ya bisa membantu, saling membantu
gitu lah.
Bangkit : Owh, trus kalau di rumah biasanyan
ngapain sama temen temen
Firman : Kalo di rumah, to yo ngobrol
ngobrol biasa mas
Bangkit : Hobinya mas ngapain?
Firman : Hobi yo mas, Hobi PS karo mancing
e mas..
Bangkit : owh, PS bola mas?bisa main bola
mas?
Firman : Ya sedikit sedikit mas bisa
Bangkit : Trus olahraga yang mas sukai apa?
Firman : Olahraga, main bola mas suka main
bola
Bangkit : Trus suka musik mas?
Firman : Musik....suka mas musik
Bangkit : Musik apa?
Firman : Musik dangdut mas, iya musik
dangdut mas iya
Bangkit : Apa yang di sukai mas?
Firman : Sera itu mas
Bangkit : Pernah liat konsernya sera mas?
Firman : Iya pernah, di Solo sama si
Sragen yo ada
Bangkit : Biasanya kalo di Solo dimana
mas?kurang tau saya.
Firman :Itu mas di Sriwedari mas
Bangkit : Lapangan itu ya mas
Firman : Iya mas
Bangkit : Trus gimana tentang kesan-kesannyan
sama teman teman kontrakan semua?
Firman : Anu mas, susah sama di jalani
bareng-bareng.
Bangkit : Oke terus kalau pulang Sragen
biasanya kalau hari apa mas?sering apa jarang?
Firman : Yo jarang mas, yo sabtu, jum’at
sebelum sesudah pelajaran terus pulang
Bangkit : Naik motor apa naik bus?
Firman :
Naik motor mas, bawa motor sendiri dari rumah dari Sragen
Bangkit : Kuat mas?
Firman : Ya kuat to mas, cuma deket kok
mas
Bangkit : Sragennya deket, berapa jam?
Firman : Ya deket, kira-kira yo satu jam
Bangkit : Terus kalau kuliah naek motor juga?
Firman : Ya kadang-kadang naek motor, ya kadang-kadang bonceng sama
temen
Bangkit : Terus kalau dosen-dosen di kuliah
gimana mas?
Firman : Yo gimana yo, namanya dosen yo
gitu..
Bangkit : Gitunya gimana mas?tolong jelaske
Firman : Yo baik, yo baik semua yo tapi yo
tugas-tugas itu lho
Bangkit : Terus kalo itu makan apa masak
sendiri?
Firman : Kadang-kadang masak ya
kadang-kadang beli, nanak nasi di magic com itu
Bangkit : Oke terima kasih mas atas
interviewnya. Saya Bangkit
Firman : Saya Firman Wicaksono
Bangkit+Firman : Kita berdua Bangkit dan Firman
3.
Penghitungan MLU Client
Pada client
yang telah kami lakukan observasi padanya membuahkan hasil untuk menentukan MLU
(Mean Length of Utterance) sebesar 7,13. Hasil itu didapat dari semua morfem
yang telah di ujarkan oleh client di bagi jumlah tuturan client.
Morfem yang di
ujarkan oleh client ada 328. Dan jumlah tuturan client ketika di interview ada
46 tuturan. Maka, MLU client dapat di cari hasilnya dengan menghitung dari
hasil pembagian antara 328 dengan 46. Sehingga didapati hasil MLU client
sebesar 7,13.
4.
Fonetik Diakritik
Berikut ini
adalah kata-kata yang telah di tuturkan oleh client dan akan di ubah sesuai
dengan IPA (Internasional Phonetic Alphebet).
1.
Nama saya Firman Wicaksono mas.
/Nama/ /saʝa/
/Firman/ /Wicaksono/ /mas/
2.
Pangilannya
Firman
/Paŋgilanña/ /Firman/
3.
Kalau di rumah panggilannya Paijo mas
/Kalau/
/dirumah/ paŋgilanña/ /paiʤo/ /mas/
4.
Sragen, 14 juli 1993
/Sɚagen/ /14/
/ʤuli/ /1993/
5.
Umur saya 18 mas
/Umur/
/saʝa/ /18/ /mas/
6.
Owh ini anu, kuliah og mas
/O/ /ini/ /anu/
/kuliʝah/ /og/ /mas/
7.
Di Poltekkes Solo Mojosongo
/Di/
/poltekkәs/ /solo/ /moʤosoŋo/
8.
Baru semester ini mas, dua ini
/Baru/
/smestәr/ /ini/ /mas/ /dua/ /ini/ /mas/
9.
Jurusan Terapi Wicara mas
/ʤurusan/
/tɚapi/ /wiʧa͜ra/ /mas/
10. Itu,
menangani keterlambatan bahasa mas
/Itu/ /mnaŋani/
/ktәrlambatan/ /bahasa/ /mas/
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa merupakan sebuah susunan yang
bersifat arbiter dan manasuka karena terdapat banyak kemajemukan dari bahasa
tersebut. Hal tersebut dikarenakan banyaknya multikulturalisme pada setiap daerahnya.
Sehingga penyebaran bahasa lebih majemuk dan bersifat heterogen karena
terjadinya pemecahan dari setip variable-variabel yang ada dan membentuk
variable yang baru dan memiliki kelainan yang cukup mencolok di setiap daerah.
Kemajemukan tersebut sering sekali disebut dengan dialeg.
Bahasa seseorang bergantung pada
tingkat dia menjalani hidup ini dan bergaul antar sesamanya. Orang yang sering
bergaul sangatlah memiliki kosa kata yang lebih banyak daripada orang yang
tidak pernah bergaul. Seenarnya pemerolehan bahasa manusia telah di teliti
jauh-jauh hari ketika romawi melakukan berbagai eksperimen. Eksperimen tersebut
berusaha mengungkapkan darimana sebenarnya bahasa itu diperoleh. Lalu mereka
mencoba dengan dua orang bayi kembar. Yang satu di tempatkan di tempat yang
mudah untuk bersosialisasi dan yang satunya lagi di asingkan di tempat tertutup
sehingga jauh dari keramaian.
Ternyata, anak yang hidup dalam
kehidupan social banyak sekali memiliki kosakata karena ditempatkan di tempat
keramaian yang penuh dengan hiruk pikuk keramaian. Sedangkan, yang satunya lagi
tetap belum bisa berbicara karena ia tidak pernah mendapatkan input sensoris
sehingga tidak dapat berbicara secara normal untuk berkomunikasi. Namun ia
cenderung menggunakan gerak tubuh untuk mengutarakan maksud yang di inginkan
dan digunakannya sebagai alat untuk berkomunikasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pemerolehan dan pembelajaran bahasa pada diri seseorang sangatlah berkaitan.
Seseorang harus mempelajari bahasanya terlebih dahulu lalu dikembangkannya lagi
dengan banyak bahasa yang telah diperolehnya dari proses pembelajaran. Jadi,
manusia memang telah dibekali kemampuan instincttif berbahasa oleh alam
(Nature) untuk melakukan komunikasi. Namun, kemampuan itu saja tidak cukup.
Manusia menggunakan keadaan lingkungan sekitar (Nurture) untuk pengembangan
bahasanya yang lebih tinggi.
B. Saran
Kehidupan memang penuh dengan
kontroversi antara yang abstrak dan yang lebih konkrit. Manusia di bekali akal
dan pikiran sehingga dapat berbahasa. Itu merupakan suatu anugerah terbesar dan
merupakan asset langka yang telah diberikan oleh sang pencipta kepada kita.
Oleh karena itu, kita sepatutnya
bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan olehnya setiap hari kepada
kita, terutama Bahasa. Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mngungkapkan perasaan ide, keinginan dan hasrat yang dimiliki seseorang dan di berikan
melalui adanya proses decoding dan encoding.
Disitulah kita selaku terapi wicara
lebih menekankan untuk mengmbangkan proses belajar kita dan memperdalam lagi
mengenai berbagai aspek yang mempengaruhi bahasa. Sehingga kita dapat mempelajarinya
lebih dalam dan bisa kembali mengembangkan bahasa yang telah kita miliki
sebelumnya.
Kepada pemerintah lebih membuat
berbagi institus untuk mempermudah pemerolehan dan pembelajaran bahasa
seseoang. Sehingga tidak lagi terlihat adanya anak yang masih buta huruf.
Dan kepada kita selaku cpelajar,
seharusnya kita lebih mengembangkan bahasa dan mengetahui segala seluk beluk
bagaimana cara memperoleh dan mempelajari bahasa yang baik dan benar . Sehingga
kita dapat mempelajari lebih baik di masa mendatang mengenai pembentukan bahasa.
Dan bagi terapis wicara, diharapkan
dapat membentuk komunikasi dengan menggunakan komponen bahasa yang baik karena
kita menggeluti tentang bagaimana seseorang dapat berbahasa dan berkomunikasi
yang baik. Sehingga dapat melakukan berbagai jenis terapi untuk menunjang
prognosis kearah yang baik bagi para pasiennya.
DAFTAR PUSTAKA
Carrol, David W. 1986. Psychology of Language. Pacific
Grove-California: Brooks/Cole Publishing Company.
Field, John. 2003. Psycholinguistics: a resource book for
students. New York: Routledge.
Fromkin, Victoria; Blair, David and Collins, Peter. 1999. An
Introduction to Language. Sydney: Harcourt, Ltd.
Gleason, Jean Berko dan Ratner, Nan
Bernstein. 1998. Psycholinguistics. Victoria:
Wadsworth Thomson Learning.
Hatch, Evelyn Macussen. 1983. Psycholinguistics: a second
language perspective. Rowley: Newbury House Publisher, Inc.
Nababan dan Sri
Utari Subyakto. 1992. Psikolinguistik: Suatu Pengatar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Owens, J.E.
2008. Excerpt from Language Development: An Introduction. Dalam http://www.education.com/reference/article/acquisition-sentence-form.
Diakses tanggal 30 Mei 2011
Pusponegoro, H.D. 1997. Apakah
Perkembangan Anak Anda Normal? Dalam Simposium Autisme: Gangguan Perkembangan Pada
Anak. Jakarta: Yayasan Autisme Indonesia.
Simanjuntak,
Mangantar. 1982. Pemerolehan Bahasa Melayu: Bahagian Fonologi. Jurnal Dewan
Bahasa, Ogos/September, 615-625.
Sutardi, Rudi.
1997. Autisme: Gangguan Perkembangan pada Anak. Dalam Simposium Autisme:
Gangguan Perkembangan Pada Anak. Jakarta: Yayasan Autisme Indonesia.
Subyakto-Nababan, Sri Utari. 1992. Psikolinguistik: Suatu Pengantar.
Jakarta:
Gramedia Pustaka UtamaDarjowodjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik:
Pengatar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Yusoff,
Abdullah dan Che Rabiah Mohamed (1995). Teori Pemelajaran Sosial dan
Pemerolehan Bahasa Pertama. Jurnal Dewan Bahasa, Mei. 456-464.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus