STATISTIK
Disusun
oleh :
Ika
Mundriati
Made
Resti Sinta Dewi
Nafi’atul
Mu’arifah
Ridwan Sanjaya
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Surakarta
Jurusan Terapi Wicara
2011/2012
Kata Pengantar
Puji syukur atas segala berkat serta karunia Tuhan
Yang Maha Esa yang telah dilimpahkan-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini mengulas
tentang mata kuliah Statistik yang di dalamnya terdapat hasil diskusi dari
seluruh anggota dari kelompok kami.
Tugas ini disusun untuk tugas dari mata kuliah Statistik.
Kami menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tugas ini tidak dapat
terselesaikan dengan baik. Untuk itu kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
- Ibu Ninik Nurhadiyah, M.OT selaku dosen mata kuliah Statistik.
- Teman-teman satu jurusan khususnya tingkat satu dalam membantu pengumpulan bahan dan materi yang dibutuhkan dalam penyelesaian tugas.
- Teman sejawat dan seperjuangan di kontrakan yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
- Kedua orangtua kami atas dukungan yang telah diberikan dan semangat dan motivasi dari mereka sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
- Kepada semua pihak yang telah membantu kami yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan tugas ini terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak yang berhubungan dengan penulisan tugas ini. Sehingga dengan
adanya saran dan kritik tersebut dapat dijadikan bahan perbaikan lebih lanjut.
Akhir
kata, kami berharap semoga tugas ini
dapat berguna bagi para pembaca, khususnya kami dan Politeknik Kesehatan
Surakarta.
Surakarta, Pebruari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................... 2
C.
Tujuan Penelitian.................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Bahasa
1.
Pengertian bahasa………………………………..3
2.
Asal usul bahasa…………………………………4
3.
Asal usul bahasa
didunia………………………...5
4.
Asal usul bahasa
Indonesia……………………...6
B.
Teori Belajar Bahasa
1.
Teori Behaviorisme…………………………….10
2.
Teori Nativisme……………………………….12
3.
Teori Kognitivisme……………………………14
4.
Teori Fungsional………………………………15
5.
Teori Konstruktivisme………………………...15
6.
Teori Humanistik………………………………17
BAB III PENUTUP
Kesimpulan........................................................................... 19
Saran..................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat
seakan-akan banyak yang tidak peduli dan bersifat acuh pada diri orang yang
memiliki kekurangan pada dalam dirinya. Sikap tidak peduli dan acuh tersebut
sebenarnya lambat laun merugikan orang yang berbuat tersebut. Karena pada
kondisi tersebut mudah sekali terjadinya penyimpangan kondisi social pada
lingkungan yang cenderung acuh dan individualistis tersebut. Hal itu pun
sebenarnya telah mengganggu keadaan social masyarakat di sekeliling tempat
beradanya orang yang memiliki gangguan tersebut.
Anak
berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat merupakan salah satu sumber daya
manusia bangsa Indonesia yang kualitasnya harus ditingkatkan agar dapat
berperan, tidak hanya sebagai obyek pembangunan tetapi juga sebagai subyek
pembangunan. Anak penyandang cacat perlu dikenali dan diidentifikasi dari
kelompok anak pada umumnya, karena mereka memerlukan pelayanan yang bersifat
khusus, seperti pelayanan medik, pendidikan khusus maupun latihan-latihan
tertentu yang bertujuan untuk mengurangi keterbatasan dan ketergantungan akibat
kelainan yang diderita, serta menumbuhkan kemandirian hidup dalam
bermasyarakat.
WHO
memperkirakan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7-10 % dari total jumlah anak. Menurut data
Sussenas tahun 2003, di Indonesia terdapat 679.048 anak usia sekolah
berkebutuhan khusus atau 21,42 % dari seluruh jumlah anak berkebutuhan khusus.
Masalah
kecacatan pada anak merupakan masalah yang cukup kompleks baik secara kuantitas
maupun kualitas, mengingat berbagai jenis kecacatan mempunyai permasalahan tersendiri.
Jika masalah anak penyandang cacat ini ditangani secara dini dengan baik dan
keterampilan mereka ditingkatkan sesuai minat, maka beban keluarga, masyarakat
dan negara dapat dikurangi. Sebaliknya jika tidak diatasi secara benar , maka
dampaknya akan memperberat beban keluarga dan negara.
Oleh karena itu, kami akan membahas dan menganalisi
terhadap data-data yang telah ada untuk dilakukaknnya penatalaksanaan yang
seharusnya dilakukan dikemudian hari. Tugas ini dilakukan dengan cara mencari
sumber yang sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber yang ada untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan.
B. Rumusan masalah
1.
Apakah yang dimaksud anak yang mengalami
kebutuhan khusus ?
2.
Apa sajakah pengklasifikasian anak yang
mengalami kebutuhan khusus?
3.
Berapa jumlah anak yang berkebutuhan
khusus di Indonesia ?
C. Tujuan penulisan
Tujuan
penulisan karya tulis ilmiah ini antara lain:
1.
Diharapkan penulis dapat mengetahui tentang
anak yang berkebutuhan khusus .
2.
Diharapkan penulis dapat mengetahui pengklsifikasian
tentang anak yang mempunyai kebutuhn khusus.
3.
Di harapkan penulis dapat mengetahui
jumlah anak yang mempunyai kebutuhan khusus di Indonesia berdasarkan
pengklasifikasiannya.
BAB II
Tinjauan
Pustaka
A. Pengertian
Menurut
heward, anak berkebutuhan khusus adalah
anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami hambatan fisik dan/atau mental
sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar , dan anak
yang akibat keadaan tertentu mengalami kekerasan, berada di lembaga permasyarakatan/ rumah tahanan, di
jalanan, di daerah terpencil/ bencana/konflik yang memerlukan penanganan secara
khusus.
Anak Penyandang cacat adalah setiap anak yang mempunyai
kelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan
dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya yang terdiri
dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental dan penyandang cacat fisik
dan mental.
Penyandang cacat fisik anak adalah seorang anak yang
mempunyai kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain
gerak
tubuh, penglihatan,
pendengaran, kemampuan bicara/wicara dan penyakit khronis (kusta, TB,
degeneratif: diabetes, hipertensi, stroke)
Penyandang
cacat mental anak adalah seorang anak yang mempunyai kelainan mental dan atau
tingkah laku, yang dapat disebabkan oleh cacat bawaan atau penyakit yang
didapat, atau seorang yang mengalami gangguan jiwa yang disebabkan oleh faktor
organobiologis maupun fungsional
yang
mengakibatkan perubahan dalam alam pikiran, alam perasaan dan perbuatan
sehingga memiliki masalah sosial dalam memenuhi kebutuhan pendidikan, mencari
nafkah dan dalam kegiatan bermasyarakat.
Sekolah
Inklusif adalah sekolah umum yang
melaksanakan pendidikan
sesuai dengan kebutuhan siswa yang memerlukan pendidikan khusus dalam satu
kesatuan yang sistemik dengan menggunakan kurikulum yang fleksibel disesuaikan
dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.
Sekolah
Luar Biasa (SLB) adalah: Sekolah bagi anak berkebutuhan khusus yaitu salah satu
jenis sekolah yang bertanggungjawab melaksanakan pendidikan untuk anak-anak
yang berkebutuhan khusus.
Tenaga
kesehatan adalah adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
B. Pengklasifikasian Anak Berkebutuhan
Khusus
Anak
penyandang cacat dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok antara lain:
tunanetra, Tunarungu/Tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, attention
deficit and hyperactivity disorder (ADHD), autisme dan tunaganda, yang
masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dan memerlukan penanganan dan
pelayanan yang berbeda pula. Karakteristik
untuk masing-masing jenis kecacatan, dapat
diuraikan
sebagai berikut:
1.
Tunanetra
Karakteristik
anak tunanetra antara lain: mempunyai kemampuan berhitung, menerima informasi
dan kosakata hampir menyamai anak normal tetapi mengalami kesulitan dalam hal
pemahaman yang berhubungan dengan penglihatan; kesulitan penguasaan keterampilan
sosial yang ditandai dengan sikap tubuh tidak menentu, agak kaku, serta antara
ucapan dan tindakan kurang sesuai karena tidak dapat mengetahui situasi yang
ada di lingkungan sekitarnya. Umumnya mereka menunjukkan kepekaan indera
pendengaran dan perabaan yang lebih baik dibandingkan dengan anak normal, serta
sering melakukan perilaku stereotip seperti menggosok-gosokkan mata dan
meraba-raba sekelilingnya.
2.
Tunarungu/Tunawicara
Anak
Tunarungu/Tunawicara mengalami gangguan komunikasi secara verbal karena kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya, sehingga mereka
menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi, oleh karena itu pergaulan
dengan orang normal mengalami hambatan. Selain itu mereka memiliki sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, cepat marah
dan mudah tersinggung.
Kesehatan fisik pada umumnya sama dengan anak normal lainnya.
3.
Tunagrahita
Memiliki
prestasi sekolah kurang secara menyeluruh, tingkat kecerdasan (IQ) di bawah 70,
memiliki ketergantungan pada orang lain secara berlebihan, kurang tanggap,
penampilan fisiknya kurang proporsional, perkembangan bicara terlambat dan
bahasa terbatas.
4.
Tunadaksa
Karakterisitik
anak tunadaksa adalah: anggota gerak tubuh tidak lengkap, bentuk anggota tubuh
dan tulang belakang tidak normal, kemampuan gerak sendi terbatas, ada hambatan
dalam melaksanakan aktifitas kehidupan sehari hari.
5.
Tunalaras
Karakteristik
anak tunalaras adalah: melakukan tindak kekerasan bukan karena mempertahankan
diri, misalnya: pemukulan, penganiayaan dan pencurian, serta sering melakukan
pelanggaran berbagai aturan.
6.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD)
Karakteristik
untuk kelainan ini adalah hiperaktif, tidak bisa istirahat, tidak kenal lelah,
perilaku tidak sabaran dan impulsif, tetapi masih punya kemampuan untuk memberikan
perhatian dan tanggung jawab, serta sering menghabiskan waktu untuk mengerjakan
sesuatu yang menarik perhatian mereka.
7.
Autisme
Karakteritik
anak autisme adalah: memiliki respon abnormal terhadap stimuli sensori;
perkembangan kemampuan kognitif terlambat; tidak mampu mengembangkan
sosialisasi yang normal; gangguan dalam berbicara, bahasa dan komunikasi; serta
senang meniru atau mengulangi kata-kata orang lain (egolalia).
8.
Tunaganda
Anak
tunaganda memiliki ciri dan katakteristik antara lain: memiliki ketunaan lebih
dari satu; semakin parah apabila tidak segera mendapatkan bantuan; sulit
dievaluasi, cenderung menimbulkan ketunaan baru; memiliki wajah yang khas,
pertumbuhan dan perkembangannya lebih lambat dari usia kalendernya; kemampuan
orientasi dan mobilitasnya terbatas; cenderung menyendiri; memiliki emosi tidak
stabil; perkembangan emosi pada umumnya tidak sesuai dengan usia kalendernya;
dan tingkat kecerdasan yang cenderung rendah.
C. Data Pendidikan
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Sekolah Luar Biasa merupakan
sekolah khusus yang diperuntukkan
bagi anak penyandang cacat yang dapat
dikelompokkan menjadi:
1. SLB-A:
Sekolah untuk Tunanetra (Anak
yang mengalami hambatan penglihatan)
2. SLB-B: Sekolah
untuk Tunarunggu (Anak yang mengalami hambatan pendengaran)
3. SLB-C: Sekolah
untuk Tunagrahita (Anak yang mengalami retardasi mental)
4. SLB-D: Sekolah
untuk Tunadaksa (Anak yang mengalami cacat tubuh)
5. SLB-E: Sekolah untuk Tunalaras ( Anak yang mengalami
penyimpangan emosi dan sosial)
6. SLB-F: Sekolah khusus untuk Autis
7. SLB-G: Sekolah
untuk Tunaganda (Anak yang mengalami lebih dari satu
hambatan).
1. Data-data
SLB di Indonesia
Berdasarkan
data dari Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia pada
tahun 2008 jumlah SLB di Indonesia adalah sebagai berikut :
a.
Sekolah khusus tunanetra (SLB A) : 32
sekolah
b.
Sekolah khusus Tunarungu/Tunawicara (SLB
B) : 97 sekolah
c.
Sekolah khusus tunagrahita (SLB C) : 108
sekolah
d.
Sekolah khusus tunadaksa (SLB D) : 10
sekolah
e.
Sekolah khusus tunalaras (SLB E) : 7
sekolah
f.
Sekolah khusus autis (SLB F) : 20 sekolah
g.
Sekolah khusus tunaganda (SLB G) : 4
sekolah
h.
SLB campuran : 1.036 sekolah
2.
Data Penyandang Kecacatan Berdasarkan Jenis Kecacatan
Belum
ada data pasti tentang jumlah anak termasuk anak usia sekolah penyandang cacat
yang ada di masyarakat. Data dari Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2009 menunjukkan bahwa ada 70.501 anak
penyandang cacat yang sekolah di Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah
Pertama dan 15.144 anak penyandang cacat di sekolah inklusif.
Data
siswa penyandang cacat yang terdaftar di SLB menurut Kementerian Pendidikan Nasional
Republik Indonesia pada tahun 2009 adalah sebagai berikut:
No
|
Jenis
Kecacatan
|
Jumlah
|
1
|
SLB Tuna Netra
|
1.105 orang
|
2
|
SLB Tunarungu/Tunawicara
|
5.610 orang
|
3
|
SLB Tunagrahita
|
4.253 orang
|
4
|
SLB Tunadaksa
|
229 orang
|
5
|
SLB Tunalaras
|
487 orang
|
6
|
SLB Autis
|
638 orang
|
7
|
SLB Tunaganda
|
171 orang
|
8
|
SLB Campuran
|
58.008 orang
|
Total
|
70.501
orang
|
Data anak yang memiliki kecacatan dari usia 0-21 tahun
menurut jenis kecacatan dan daerah tempat tinggal, yang telah di publikasikan
oleh hasil Susenas tahun 2003 dan 2005 adalah sebagai berikut :
(Jiwa)
No
|
Jenis Kecacatan
|
Perkotaan
|
Pedesaan
|
Perkotaan
Dan Pedesaan
|
|||
2000
|
2003
|
2000
|
2003
|
2000
|
2003
|
||
1
|
Tuna Netra
|
21700
|
28700
|
22100
|
50100
|
43800
|
78800
|
2
|
Tuna Rungu
|
19600
|
6600
|
18200
|
16900
|
37800
|
23500
|
3
|
Tuna Wicara
|
9500
|
23300
|
11800
|
36000
|
49800
|
73100
|
4
|
Tuna Rungu dan Tuna Wicara
|
7000
|
17800
|
4800
|
24900
|
11800
|
42700
|
5
|
Tuna Daksa
|
53400
|
55300
|
61100
|
101600
|
114500
|
156900
|
6
|
Tuna Grahita
|
15600
|
52900
|
22800
|
65100
|
38400
|
118100
|
7
|
Gangguan Jiwa
|
5900
|
1900
|
10700
|
24800
|
16600
|
26700
|
Total
|
132700
|
186500
|
151500
|
319400
|
312700
|
519800
|
BAB
III
Metodologi
Penelitian
A.
Rancangan
Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa terhadap
penyandang cacat yang ada di Indonesia serta keterkaitannya dengan sistim
pendidikan. Rancangan data ini dilakukan dengan pendekatan Kuantitatif
dengan tujuan untuk
mengetahui signifikansi dari pengaruh variabel : Hubungan jumlah anak
penyandang cacat di Indonesia dengan pendidikan bagi anak cacat di Indonesia,
serta pelayanan kesehatan Indonesia.
Data yang di analisis merupakan data primer yang
diperoleh dari data WHO, Sussenas tahun 2003, Direktorat
Pembinaan Sekolah Luar Biasa Kementerian
Pendidikan Nasional Republik Indonesia pada tahun 2008, Data dari Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2009, Kementerian Pendidikan Nasional
Republik Indonesia pada tahun 2009, dan Susenas tahun 2003 dan 2005.
B.
Populasi,
Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
a.
Populasi
Sampel
Populasi pada penelitian ini meliputi seluruh anak
yang mengalami berbagai kecacatan di Indonesia. Baik dari Indonesia bagian
barat, tengah dan timur. Data yang diambil merupakan data dari tahun 2003
sampai 2009. Sedangkan unit analisisnya adalah Anak yang mengalami kecacatan.
b.
Besar
Sampel
Besar sampel yang diambil merupakan data dari seluruh
anak yang mengalami kecacatan di Indonesia. Data yang diambil merupakan data
dari tahun 2003 sampai 2009. Dengan jumlah (N) 70.501 orang.
c.
Teknik
pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode Sensus. Data sensus merupakan sebuah metode pengambilan data
secara menyeluruh dari jumlah variable yang ada.
d.
Variabel
Penelitian
Variabel penelitian yang di ambil adalah anak yang mengalami
kecacatan Tuna Rungu, Tuna Netra, Tuna Wicara, Tuna Rungu dan Tuna Wicara, Tuna
Daksa, Tuna Grahita, Gangguan Jiwa, serta Tuna Ganda.
e.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan pemeriksaan dari dokumen yang ada .
f.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diambil dari pemeriksaan dokumentasi
dari data sensus yang telah dilakukan oleh banyak sumber diantaranya : WHO,
Sussenas tahun 2003, Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
Kementerian Pendidikan Nasional Republik
Indonesia pada tahun 2008,
Data
dari Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Kementerian Pendidikan Nasional
tahun 2009, Kementerian
Pendidikan Nasional Republik Indonesia pada tahun 2009, dan Susenas tahun 2003 dan 2005.
g.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian ini dilakukan dengan cara mencari dari berbagai sumber dokumen yang
ada di berbagai jurnal.
h.
Teknik
Analisis
Di dalam penelitian ini menggunakan dua Teknik
Analisis, yaitu analisis deskriftive dan kuantitatif.
1.
Analisis
deskriftive
Dengan menggunakan metode pemeriksaan data, diharapkan
dapat memperoleh gambaran : Apakah kualitas kesehatan anak Indonesia sudah baik
atau belum, serta mengenai kaitan kinerja pemerintah dengan pengadaan Sekolah
Khusus bagi anak yang mengalami kecacatan. Apakah pemerintah perlu meningkatkan
kinerjanya atau tidak dalam mengatasi problem mengenai anak-anak yang mengalami
kecacatan dengan pendidikannya serta kesehatan mereka dan rakyat Indonesia.
2.
Analisis
kuantitatif dan kualitatif
Dengan cara pengumpulan data dengan cara sensus,
diharapkan dapat memperoleh keterkaitan antara jumlah penderita kecacatan di
Indonesia dengan pendidikan yang seharusnya mereka dapat. Kemudian menilai
apakah pendidikan yang telah ada sesuai standar yang seharusnya dimiliki oleh
sekolah khusus yang menangani anak-anak yang mengalami kecacatan. Serta, untuk
menilai apakah kinerja pihak-pihak yang berlingkup dalam kesehatan sudah
memenuhi jumlah yang di butuhkan di Indonesia.
BAB
IV
Hasil
dan Pembahasan
A.
Analisa
Situasi Penyandang Cacat di Indonesia
Masih banyaknya anak yang berkebutuhan khusus yang
belum diberdayakan merupakan alasan mengapa seharusnya pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus masih sngatlah perlu digalaka lagi. Anak-anak yang
berkebutuhan khusus di Indonesia merupakan aset Negara yang sangat perlu di
gali lagi potensi dalam dirinya. Sehingga bisa untuk memajukan Indonesia kea
rah yang lebih baik.
Peran serta Orangtua, Tenaga Kesehatan, Para Guru,
Terapis, dan Masyarakat haruslah siap dalam membangun mental mereka sehingga
ada semangat yang lebih menyala pada anak yang berkebutuhan khusus tersebut. Kegiatan-kegiatan
seperti Promosi dan sekaligus penyuluhan haruslah serin diadakan oleh tenaga
kesehatan untuk memberikan penjelasan tentang betapa pentingnya menjalin
hubungan antara lingkungan yang sehat pada setiap individu.
Para Terapis harus lebih masuk dalam memberikan
penyuluhan tentang keahlian yang dimiliki guna menunjang keberhasilan
pendidikan serta kesehatan anak yang berkebutuhan khusus. Penyuluhan yang
seharusnya bisa lebih masuk misalnya diadakan pengobatan gratis yang secara
langsung memberikan berbagai penyuluhan dan pengetahuan bagi para orangtua,
masyarakt dan tenaga kesehatan lainnya yang belum mengetahui tentang kegunaan
dari adanya terapis tersebut.
Lingkungan masyarakat pun seharusnya harus melakukan
pendekatan pada setiap event-event yang diadakan oleh tenaga kesehatan guna
menjalin kerjasama yang baik dalam mencapai kesehatan yang telah dicanagkan
pemerintah dalam program kerja mereka sebelumnya.
Institusi kesehatan yang sudah ada di Indonesia
seharusnya lebih diadakan lagi di daerah-daerah. Terutama daerah pelosok
Indonesia. Guna mencapai pemberdayaan manusia yang baik. Pengadaan sekolah
khusus, sekolah inklusi, sekolah segresi seperti SLB bagi, Tuna Daksa, Tuna
Laras, Tuna Grahita, Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Wicara, Autisme, Dan Tuna
Campuran perlu lebih diperbanyak di Negeri ini.
BAB
V
Penutup
A. Kesimpulan
Anak yang berkebutuhan khusus merupakan sebuah momok
bagi sebagian kalangan yang memang memandangnya sebagai pembuat masalah dengan
berbagai alasan. Sebenarnya anak yang memiliki kebutuhan khusus merupakan asset
Negara dan haruslah di kembangkan potensi yang ada dalam dirinya .
Anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari
berbagai aspek, baik dari segi moril dan materil untuk menunjang kehidupannya
kedepan. Anak tersebut kadang kala memiliki kelebihan yang tidak kita
duga-duga.
Sarana dan prasarana yang ada sekarang belumlah
memadai untuk membentuk karakter anak tersebut. Namun, itu sudahlah cukup untuk
tolak belakang demi kemajuan yang ada mendatang. Pemerintah telah berusaha
secara keras dengan berbagai cara untuk membentuk karakter dari anak yang
memiliki kebutuhan khusus tersebut.
Anak yang berkebutuhan khusus memanglah membutuhkan
biaya yang tidaklah sedikit, peran serta pemerintah membantu sangatlah
ditunggu-tunggu oleh para orang tua yang anaknya membutuhkan pendidikan seperti
sekolah inklusi, terpadu, khusus , segresi dan lain-lian.
Dari kesemua pendidikan itu, memanglah memakan dana
yang tidaklah sedikit, oleh karena itu orang tua justru membiarkan dan merasa
tidak berdaya dalam menghadapi anak mereka.
Peran serta pemerintah memang merupakan titik kunci
awal dalam mempermudah masyarakat dalam menerima kesehatan yang baik dan
pendidikan yang layak bagi anak-anak mereka.
B. Saran
Pelayanan
kesehatan bagi anak
di SLB,
perlu mendapat perhatian dan
penanganan secara ksi husus dari
berbagai pihak untuk mengurangi dan
mencegah derajat kecacatan
yang lebih parah, sehingga diharapkan mereka dapat melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari secara maksimal.
Diharapkan pemerintah lebih meningkatkan pemberdayaan
tenaga kesehatan yag ada di Indonesia, membuat institusi untuk mencetak tenaga
kesehatan yang lebih bermutu kedepannya. Membuat lebih banyak sekolah-sekolah
khusus, sekolah inklusi dan sekolah segresi bagi anak-anak yang berkebutuhan
khusus.
Menjalin komunikasi dengan lingkungan dan mengadakan
berbagai macam penyuluhan untuk memberikan penjelasan pada orangtua dan masyarakat
tentang anak Berkebutuhan Khusus. Semoga pemerintah, masyarakat, para guru,
para tenaga kesehatan, dan semua pihak yang berada di semua lingkungan bahu
membahu untuk menciptakan kehidupan yang benar-benar selaras dan sejalan dengan
kebenaran. Dan terciptanya masyarakat yang berpotensi segera bisa terwujud
kedepannya, khususnya bagi drinya sendiri dan demi Indonesia. Semoga semua
rencana dan niat baik kita dapatlah terwujud dan segera terealisasi. Amin
Daftar Pustaka
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Buku Kumpulan Materi Tehnis Medis
Anak
Berkelainan/ALB, Jakarta, 1994
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Untuk Tenaga Kesehatan:
Usaha Kesehatan
Sekolah di Tingkat Sekolah Lanjutan, Jakarta, 2001.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Petunjuk Teknis
Penjaringan Kesehatan
Anak Sekolah,
Jakarta, 2008.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor: 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan, Jakarta, 1992.
Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan
Manajemen
Sekolah Khusus Tunanetra (SLB-A), Jakarta, 2008.
Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan
Manajemen
Sekolah Khusus Tunarungu/Tunawicara (SLB-B), Jakarta, 2008.
Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan
Manajemen
Sekolah Khusus Tunagrahita (SLB-C), Jakarta, 2008.
Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan
Manajemen
Sekolah Khusus Tunadaksa (SLB-D), Jakarta, 2008.
Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan
Manajemen
Sekolah Khusus Tunalaras (SLB-E), Jakarta, 2008.
Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan
Manajemen
Sekolah Khusus Untuk Autistik (SLB-F), Jakarta, 2008.
Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan
Manajemen
Sekolah Khusus Tunaganda (SLB-G), Jakarta, 2008.
Phyllis A. Balch
CNC, Prescription for Nutritional Healing, Avery; a member of
PENGUIN GROUP
(USA), INC., New York, 2000.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pemeriksaan Kemampuan
Fungsional
Penyandang Cacat untuk Sekolah dan Melamar Kerja, Jakarta, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar